Aitana Bonmati menyampaikan permintaan maaf terbuka setelah gagal mengeksekusi penalti krusial dalam adu penalti final Euro 2025 melawan Inggris. FOOTBLING THINGS, akan membahas informasi menarik mengenai sepak bola perempuan hari ini, simak pembahasan ini.
Pemain terbaik turnamen ini mengaku terkejut dengan hasil akhir yang berakhir 3-1 untuk Inggris setelah bermain imbang 1-1 selama 120 menit. “Saya harus meminta maaf dan mengucapkan selamat kepada Inggris,” ujar Bonmati dengan nada kecewa.
Meski menguasai permainan dengan 22 tembakan berbanding 8 milik Inggris, Spanyol gagal memaksimalkan peluang. Bonmati menegaskan timnya bermain lebih baik, tetapi mengakui keunggulan mental Inggris. “Mereka tim yang bisa menang meski tidak dominan,” tambah pemenang Ballon d’Or tersebut. Kegagalan Bonmati, Mariona Caldentey, dan Salma Paralluelo dalam adu penalti menjadi titik balik kekalahan Spanyol.
Bonmati baru saja pulih dari meningitis virus sebelum turnamen, membuat penampilannya selama Euro 2025 semakin mengesankan. Namun, kegagalan di final meninggalkan luka yang dalam. “Rasanya sangat kejam. Kami memberikan segalanya,” ujarnya dengan suara lirih.
AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!
![]()
Perbandingan dengan Kekalahan Liga Champions
Aitana Bonmati menarik paralel antara kekalahan ini dengan kekalahan Barcelona melawan Arsenal di final Liga Champions Mei lalu. Pola serupa terlihat: Spanyol/Barcelona mendominasi permainan tetapi gagal mencetak gol krusial. “Hal yang sama terjadi di Liga Champions. Kami mengendalikan permainan sejak menit 70, tapi hasil tak berpihak,” ujarnya.
Kapten Irene Paredes mendukung pernyataan Bonmati. “Kami pantas menang. Inggris hanya mendapat sedikit keberuntungan,” tegas bek tengah tersebut. Statistik menunjukkan Spanyol memang lebih unggul dalam penguasaan bola (62%) dan jumlah peluang, tetapi ketajaman di depan gawang menjadi masalah utama.
Pelatih Montse Tome juga menyayangkan hasil akhir. “Tim ini pantas mendapat lebih. Kami bekerja keras untuk mencapai final,” ujarnya dalam konferensi pers. Namun, ia mengakui bahwa sepak bola kadang tak adil, dan Spanyol harus belajar menerima kekalahan.
Baca Juga: Nigeria Lolos ke Final WAFCON Usai Kalahkan Afrika Selatan Secara Dramatis
Pujian untuk Performa Tim Secara Keseluruhan
Di tengah kekecewaan, Bonmati tetap bangga dengan performa tim selama turnamen. “Kami yang bermain terbaik dan punya bakat terbanyak,” tegasnya. Esther Gonzalez menjadi bukti dengan meraih Sepatu Emas sebagai top skorer (4 gol).
Spanyol membuat sejarah dengan mencapai final Euro untuk pertama kalinya. Prestasi ini melengkapi kesuksesan mereka sebagai juara dunia 2023. Tome menekankan bahwa tim masih dalam proses berkembang. “Kami belajar dari setiap kegagalan,” ujarnya.
Bonmati dan rekan-rekan menunjukkan permainan menawan sepanjang turnamen, termasuk kemenangan meyakinkan atas Prancis di semifinal. Gaya permainan berbasis penguasaan bola dan pressing intensif menjadi ciri khas La Roja yang diakui dunia.
Proyeksi ke Depan untuk Timnas Spanyol
Kekalahan ini menjadi pelajaran berharga bagi generasi emas Spanyol. Dengan rata-rata usia tim 24,5 tahun, mereka masih memiliki banyak waktu untuk bangkit. “Kami akan kembali lebih kuat,” janji Paredes.
Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF) diharapkan tetap mendukung perkembangan tim. Investasi di liga domestik (Liga F) dan akademi muda perlu terus ditingkatkan untuk menciptakan pemain berkualitas seperti Bonmati dan rekan-rekan.
Spanyol telah membuktikan diri sebagai kekuatan baru sepak bola wanita. Dengan pengalaman pahit ini sebagai motivasi, mereka berpotensi menjadi penguasa di Euro 2027 dan Piala Dunia 2027 mendatang. “Kami akan belajar dari hari yang menyakitkan ini,” tutup Bonmati dengan penuh tekad. Manfaatkan juga waktu luang anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi mengenai berita sepak bola perempuan terbaru lainnya hanya dengan klik footblingthings.com.