Timothy Weah dengan berani menyatakan bahwa ia tidak menyesal menyebut mantan pemain yang mengkritik USMNT sebagai “jahat”. FOOTBLING THINGS, akan membahas informasi menarik mengenai sepak bola hari ini, simak pembahasan ini.
Dalam wawancara untuk dokumenter “Pulisic” di Paramount+, pemain Marseille ini membela Christian Pulisic dan rekan-rekannya dari kritikan pedas mantan pemain. Weah menuduh mereka hanya mengejar cek dan bersikap munafik.
Weah menegaskan bahwa kritikus-kritikus ini pernah menjadi pemain dan seharusnya memahami tekanan yang dihadapi generasi sekarang. Ia menyoroti fakta bahwa generasi sebelumnya juga tidak memenangkan trofi besar, sementara Pulisic justru memiliki karier klub yang lebih gemilang. Pembelaan ini menunjukkan solidaritas kuat dalam timnas AS.
Meski kontroversial, Weah tidak menarik kembali pernyataannya. Ia justru mengulang dukungan “seratus persen” atas komentarnya dalam konferensi pers terbaru. Sikapnya ini mencerminkan kebersamaan tim yang ingin melindungi sesama pemain dari kritik tidak konstruktif.
AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!
Fokus pada Persiapan Piala Dunia
Timothy Weah sekarang memilih fokus pada persiapan menghadapi Korea Selatan dan Jepang dalam laga persahabatan. Ia menekankan pentingnya membuang energi negatif dan berkonsentrasi pada peningkatan performa tim. Target utama adalah memastikan USMNT dalam kondisi terbaik untuk Piala Dunia 2026 yang tinggal sembilan bulan lagi.
Pemain berusia 24 tahun ini baru saja kembali ke timnas setelah absen di Piala Emas karena komitmen dengan Juventus di Piala Dunia Antarklub. Ia antusias bisa kembali berkumpul dengan rekan-rekan dan membangun chemistry tim. Weah menganggap setiap kamp latihan sebagai kesempatan berharga untuk menyempurnakan permainan.
Komitmen Weah pada timnas tidak diragukan lagi. Meski baru berganti klub ke Marseille, ia memastikan diri tetap bergabung dengan kamp latihan. Prioritasnya jelas: membangun tim yang solid untuk menghadapi tantangan terbesar dalam sepak bola Amerika.
Baca Juga: Rumor Transfer: Tottenham Incar Nathan Ake, Solusi untuk Pertahanan yang Bermasalah
Pengalaman Baru di Marseille
Weah menceritakan pengalaman intensnya bermain untuk Marseille, klub yang juga pernah dibela ayahnya, George Weah. Ia menggambarkan bagaimana fans Marseille “makan, tidur, bernapas untuk sepak bola”. Tekanan untuk selalu memberikan 100% sangat terasa, bahkan saat tim kalah sekali pun.
Lingkungan kompetitif di Marseille menurut Weah sangat membentuk karakter. Pertengkaran di ruang ganti dan latihan adalah hal biasa karena semua pemain memiliki semangat kompetisi yang tinggi. Justru intensitas inilah yang membuatnya berkembang sebagai pemain.
Adaptasi Weah di Ligue 1 berjalan baik. Status pinjamannya dari Juventus diharapkan bisa menjadi transfer permanen jika performanya konsisten. Pengalaman di liga Prancis ini akan memperkaya kemampuannya sebelum kembali membela USMNT.
Misi Besar Menuju Piala Dunia
Weah menyadari sepenuhnya tanggung jawab besar yang dipikul generasinya. USMNT tidak hanya harus tampil baik di Piala Dunia 2026, tetapi juga harus merebut hati fans dengan permainan berkualitas. Setiap kamp latihan menjadi crucial untuk menyatukan visi dan strategi tim.
Pelatih Mauricio Pochettino memang melakukan beberapa perubahan dengan meninggalkan pemain seperti Johnny Cardoso dan Giovanni Reyna yang baru pindah klub. Namun Weah meyakini bahwa skuad yang dipanggil memiliki kualitas untuk menunjukkan perkembangan signifikan.
Dengan semangat baru dan fokus pada tujuan bersama, Weah yakin USMNT bisa membuat kejutan di Piala Dunia. Perjalanan sembilan bulan ke depan akan menentukan apakah generasi emas Amerika ini bisa mewujudkan potensi terbaik mereka di ajang paling bergengsi sepak bola dunia. Manfaatkan juga waktu luang anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi mengenai berita sepak bola terbaru lainnya hanya dengan klik footblingthings.com